ni blog apa??
d sini adalah blog yang d tulis 4 orang, nulis cerita bersambung yang di estafetkan,,oleh 4orang berbeda,,,,penasaran??????? baca yea!!!!!!! THIS is THAN's BLOG,, more than blog. ku tak tahu... kau tak tahu... karena itu kotaktahu.blogspot.com,,huehehehe...


yang nulis2 d blog ni
yang pertama Tia yang kedua Heru yang ketiga Ali yang keempat Neti 4 orang berbeda dengan tempat berbeda pula,,huhuhu... dan kami bukan power ranger...khekhekhe...


baca! commment!,,ok!?
huhu......abiss baca ni blog please kasih komentar,,thanks yo!!


shoutbox

7 Things - 2008 - Miley Cyrus


lari aja ke link berikut
blognya ali
buat blogger
link
link
link


step back
Januari 2008
Maret 2008
April 2008
Agustus 2008
November 2008
Maret 2009

credits
designer DancingSheep
resources +


Jumat, 06 Maret 2009

  • potongan 6

  • by: tia_^

    “Arya…! Arya…! Makan malam nih…! “
    Untuk kesekian kalinya Vin memanggil Arya untuk makan malam. Arya tak pernah menjawab satu pun panggilan Vin. Ia berada di ruang televisi, sedang sibuk dalam dunianya sendiri, menekuni dua benda yang ada di meja, peta misterius dan sebuah cincin perak yang berasal dari kotak morfx. Sejak tujuh jam yang lalu, Arya tak berhenti mengamat-amati, meneliti tiap bagian dari benda-benda itu, bahkan melakukan studi pustaka melalui internet. Tapi hingga detik ini pun ia belum bisa memecahkan teka-teki itu.
    Vin berdiri di ambang pintu ruang tengah, ia berkecak pinggang dan bergeleng-geleng, Anak ini…, batinnya dalam hati. Ia menghampiri Arya, duduk di sampingnya tanpa kata, dan mengamati tiap gerakan yang dilakukan Arya.
    “Arya, kurasa kita memerlukan bantuan orang lain untuk menyelesaikan misteri ini,” usul Vin tiba-tiba.
    Arya mendongak, menatap Vin setengah kosong, ia belum berkonsentrasi. Ia kembali pada dua benda itu dan berkata pada Vin, “Apakah ada orang selain kita yang mau terlibat secara sengaja dalam urusan yang bersaudara dengan nyawa ini? Aku sangsi tentang itu.”
    Vin diam. Selama beberapa saat ia tampak berpikir, “Mmm…, mungkin memang tidak ada,” kata Vin lemas, ia menghela nafas.
    Arya kembali menatap Vin, kali ini lebih lama dan dalam. Ia kembali merasakan getaran aneh itu, dan sekarang merasuk jauh ke dalam sanubarinya. Sepersekian detik kemudian ia memalingkan tatapannya, “Ah, kurasa lebih baik kita makan dulu. Mungkin setelah makan kita bisa mendapatkan pencerahan tentang masalah ini,” Arya tersenyum pada Vin.
    Mereka duduk di dapur, bersantap dalam diam. Pikiran Arya masih terfokus pada misteri baru yang mereka dapatkan pagi ini. Vin sendiri mengamati Arya lekat-lekat.
    Arya mengerutkan kening, “Kau tahu, rasanya kita dipermainkan oleh kotak ini dan segala misterinya,” ia menghela nafas, “kalau seperti ini terus…., bisa gila aku. Sampai kapan kita akan berkutat dengan masalah ini?”
    Vin menggigit bibir bawahnya, “Mmm…, maaf, kurasa aku sendiri tak bisa menjawab pertanyaan itu,” ia memasukkan satu sendok roasted beef ke dalam mulutnya. Ia mengunyah makanannya cepat-cepat, “Kalau kau tidak ingin berurusan dengan masalah ini lebih lama lagi, maka jalan satu-satunya adalah menyelesaikannya sesegera mungkin.”
    Arya mengangguk malas, “Well, dalam hal ini kau benar. Tapi bagaimana? Otakku benar-benar tidak bisa menemukan hubungan antara cincin dan salib itu. Lalu aku yakin pasti ada hubungannya juga dengan nenekmu.”
    Vin beranjak dari tempat duduknya, mengambil piring Arya dan miliknya sendiri lalu membawanya ke tempat cuci. Lagi-lagi mereka diam. Hanya suara air kran yang mengalir dan bunyi sikat piring yang terdengar. Arya mengamati Vin lamat-lamat. Trilyunan sel di otaknya berusaha keras mencari petunjuk ataupun cara supaya mereka bisa melakukan sesuatu, tidak hanya diam di rumah seperti ini.
    Kemudian ia tersadar, “Vin… kapan nenekmu memberikan kain itu padamu?”
    Vin berbalik menghadap Arya, ia bersandar pada counter cuci piring, “Eh? Mm…entahlah…Aku agak ragu. Sepertinya sudah lama sekali,” Vin memutar otak, kapan? Kapan? Kapan Vin keparat itu menerima kainnya?? Kenapa ia tidak mengatakan semuanya pada kami?? Aku harus mengarang cerita, setidaknya supaya ia percaya. Ia berbalik menghadapi bak cuci lagi, “Kalau aku tidak salah, menjelang wafatnya. Tapi…, itu sudah lama sekali, aku masih terlalu kecil untuk bisa mengingatnya dengan baik.”
    Arya mengerutkan kening lagi mendengar penjelasan Vin itu. Ia sedikit heran, tidak biasanya Vin seperti ini. Vin yang selama ini ia kenal adalah seorang wanita dengan ingatan yang sangat kuat. Dulu Arya pernah kehilangan jam tangan Rolex pemberian orang tuanya dan Vin menemukannya dengan begitu mudah. Waktu itu Vin hanya mengatakan, “Ingatan fotografis kau tahu!”. Karena inilah Arya semakin curiga pada Vin. Tapi sisi hatinya yang lain bersikukuh bahwa ia adalah Vin, bukan Vin palsu. Buktinya adalah sewaktu ia pingsan pagi tadi.
    “Mm…, kurasa kita perlu mengunjungi rumah nenekmu, Vin. Kupikir, ia pasti memiliki kaitan dengan kotak Morfx ini. Kalau tidak, mana mungkin ia secara kebetulan memberikan kain yang berisi petunjuk membuka kotak morfx padamu,” jelas Arya sambil mengetuk-ngetuk meja.
    Tanpa menoleh, Vin mengangguk-angguk, “Idemu bagus juga. Dan waktunya sangat tepat! Aku sudah tidak tahan terlalu lama berada di rumah ini. Rasanya seperti dikurung!”
    “Oke, sudah kita putuskan, kita ke sana esok, pagi-pagi sekali. Apakah kau masih ingat di mana letak rumah nenekmu itu?” Tanya Arya.
    “Yup, tentu,” jawab Vin cukup mantap. Dalam hati, ia mengomel, kali ini wanita itu harus mengatakan semuanya padaku!
    Keraguan Arya pada Vin sedikit pudar mendengar pernyataan Vin yang begitu meyakinkan barusan, “Aku akan mencari beberapa informasi di internet. Sebaiknya kau tidur, mungkin besok akan menjadi hari yang melelahkan untuk kita.”
    -------------------------------
    Pagi ini kelam. Awan-awan kelabu menutupi matahari pagi mempertunjukkan sinarnya yang hangat. Kota itu sepi. Hanya beberapa orang yang terlihat mau bersusah payah menerobos hujan, demi menghidupi diri mereka. Di salah satu ujung jalan, seorang laki-laki paruh baya berjalan dengan agak bersusah payah. Mantelnya menjuntai hingga lutut, warnanya yang sudah kusam menunjukkan betapa tuanya mantel itu. Persis seperti pria tua itu. Tongkat kayunya yang berwarna cokelat tanah mengentakkan irama teratur. Berkali-kali pria itu melirik ke kanan dan kiri, seolah-olah ada yang sedang menguntitnya. ia berjalan menuju Humhall Café.
    Baltimore, salah seorang pelayan di Café mewah itu tengah membersihkan meja-meja dengan cairan pembersih ketika pria itu dengan tersaruk-saruk menghampirinya.
    “Hei Tim,” sapa si Pria Tua dengan suara bass yang khas.
    Pelayan yang berbadan cukup kekar itu membalikkan badan menghadapi si Pria paruh baya, ia mengangkat ujung alis kanannya, “Apa yang membawamu ke tempat ini, Al?”
    Orang yang disebut sebagai Al itu menarik sebuah kursi dan mendudukinya, “Aku ingin bertanya sesuatu padamu,” ia tersenyum.
    Tim mengelap tangannya yang kotor dan segera duduk di seberang Al, “Jika ini juga menguntungkan untukku, aku dengan senang hati akan menjawabnya,” Tim menyeringai.
    Senyum Al semakin mengembang, menunjukkan kerut-kerut usia di tepinya, “Tentu. Kau akan mendapatkan bagian jika mau membantuku. Lagipula, kita pernah membahas masalah ini.”
    Alis Tim berkerut, tampangnya yang lumayan tampan itu menjadi terlihat sedikit seram. Ia memutar otak, “Apakah ini tentang kotak Morfx itu?”
    Masih tersenyum, Al mengangguk. Ia mencondongkan tubuh ke arah Tim, “Ya. Tahukah kau? Kotak itu bahkan 24 jam yang lalu berada di tempat ini!”
    Mata Tim membelalak, “Tidak mungkin! Kalau memang berada di tempat ini, aku pasti sudah menyadarinya!”
    Al merogoh saku mantelnya dan mengeluarkan selembar foto, “Ini buktinya.” Ia menyodorkan foto itu pada Tim.
    Beberapa saat Tim mengamati foto itu dan tampak berpikir. Kemudian ia menganga tak percaya, “O…orang ini…dia yang kemarin duduk satu jam lamanya hanya memesan satu cangkir kopi! Aku dua kali bertanya padanya apakah ia akan memesan, tapi ia menolaknya! Dan…dan…dia kelihatan sangat gelisah, seperti sedang dikejar-kejar penagih utang! Tapi….aku tidak melihatnya memegang kotak ini!” Tim kembali menatap Al.
    Al menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Ia menghela nafas, “Itu buktinya, Tim. Berarti memang pria itu membawa kotak Morfx. Mungkin saat itu kau sedang sibuk melakukan sesuatu sehingga tak melihatnya.”
    “Jadi…, apa yang akan kita lakukan sekarang? Menjalankan apa yang pernah kita bicarakan tempo itu? Tapi kau sudah terlalu tua untuk terlibat, Al! Pasti orang itu juga menginginkan Morfx!”
    “Kau juga sudah cukup tua, Tim! Jangan mempermasalahkan usia. Bagaimanapun juga, aku harus melakukan misiku. Dan sekarang lah saatnya,” Pria tua itu terdiam sejenak. Ia menghela nafas panjang. Diketuknya ujung meja, “Lalu, apa keputusanmu? Mau bergabung denganku atau tidak?”
    Tim menimbang-nimbang. Ia melihat ke sekelilingnya, “Mmm…, kau tahu, aku sudah mulai bosan dengan tempat ini, terlalu nyaman, aku butuh tantangan!”
    Al tersenyum lagi, “Baiklah, sudah diputuskan kalau begitu!”. Al menyilangkan kakinya, “Tapi, aku mau bertanya padamu, apa yang terjadi dengan Pria yang membawa kotak itu? Apakah ia bertemu dengan seseorang?”
    “Well…, ya. Ia bertemu dengan seorang gadis, sangat menawan menurutku. Mereka berbincang sebentar lalu pergi,” papar Tim dengan bersemangat.
    “Apakah ini gadis yang kau maksud??” Al kembali menyodorkan selembar foto pada Tim.
    “Ya! Dia orangnya! Dari mana kau dapat foto ini?”
    Al mengangkat bahunya, “Kebetulan saja,” Al beranjak dari kursinya, “Ayo, kita harus bergegas, kalau aku tidak salah menerka, saat ini mereka membutuhkan bantuan kita!”
    Tim menyeringai, mempertontonkan gigi-gigi putihnya, “Aku semakin tak sabar!”
    ------------------------------------------------------------------

    ---bersambung---

    20.08

    Minggu, 30 November 2008

  • potongan 5 (ali)

  • ____maapin ane ye kawan2...baru bisa upload sekarang..._________


    “owh! Soal ini…tangan kananku cidera waktu aku melihat komplotan itu ke highwall aprtement seperti yang sudah kuceritakan, tangan kananku menyenggol gerobak franchise di pinggir jalan”

    Tangan kanan vin dirogohkannya diam diam ke sakunya mencoba mengenggam sesuatu, lalu dikeluarkan lagi dan menunjukkannya ke arya seraya berkata, “nih masih sedikit sakit, tadi pas waktu mandi lukanya mbuka lagi” sambil memasang muka nyeri, mencoba meyakinkan arya.

    “jadi, ya terpaksa ku keluarin jurus rahasiaku, tangan kiriku!! Hehehe…”

    Canda vin unutk mencairkan suasana curiga, dan sepertinya berhasil, arya pun tersenyum.

    “gini2 aku dulu pernah belajar kungfu ma Jackie chan lho!, jadi tanganku lumayan terlatih.lihat nih!”

    Tambah vin, sambil menggerak gerakkan garpu yang ada d tangannya layaknya orang  menghunus pedang.suasanapun kembali normal.

     

    “arya?kok gak dimakan sih sarapannya?ayo dong makan!! Liat tuh dirimu seperti orang belum makan 2 hari saja, ayo makan!  Enak kok” tawar vin sembari mengunyah sandwichnya.

    “iya iya…aku Cuma sedikit bingung” jelas arya sambil mengambil sandwichnya dan mulai mengunyahnya.

    Di sela sela saling mengunyah sarapannya, kadangmereka bertemu pandang yang menimbulkan lagi kecurigan arya pad vin, arya melihat kilatan di mata vin. tapi coba arya tepis itu, ia tak mau begitu curiga pada sahabtnya sendiri.

    Vin berdiri, menuju ke lemari es mengambil botol air minum, lalu ia menenggaknya.

     

    di sisi lain, Mendadak arya menekan pelipisnya.pusing menerang kepala arya,arya coba tenang sambil tetap mengunyah sandwichnya, ia tekan lebih keras lagi pelipisnya mencoba menghilangkan rasa pening di kepalanya itu.

    Lalu arya coba berdiri, tapi dia malah terhuyung huyung dan kursinya jatuh ke belakang yang menimbulkan suara gaduh, vin kaget, ia mencoba mengetahui apa yang terjadi pada arya dengan membalikan tubuhnya… dan botol yang ia pegang jatuh,terkejut.

    Vin terkejut melihat arya yang sedang terhuyung huyung seperti seperti orang mabuk sambil memegang senapan laras pendek, dan menodongkan kepadanya.

     

    “arya!! Kenapa?!” Tanya vin,” vin!!! Kau!!!..uh!!” ingin membentak tapi arya merasa kepalanya semakin pening, ia pegangi kepalanya, menekannya mencoba menghilangkan rasa peningitu.”kau! black pearl!!”

    Tuduh arya kepada vin,”apa?ini aku vin, arya?” kata vin, ia tahu ia dituduh lalu ia coba mendekat kearah arya.

    “arkkhh!! Aku tahu kau bukan vin, kau anak buah black pearl” cerocos arya tak jelas menuduh kalau vin adalah ank buah blackpearl, “bukan!!ini aku!!!  Aku vin! Vivindrya !!!” vin mencoba menyadarkan arya klau dia adalah temannya, bukan anak buah blackpearl.

     

    vin yang sedari tadi mencoba melangkah mendekati arya, akhirnya sampai juga.Ia coba tenangkan arya dengan menyentuh nya, menurunkan tangannya dengan lembut.namun Vin yang bermaksud lembut pada arya, arya meresponnya dengan kasar, ia  singkirkan tangan yang mengelusnya itu lalu ia angkat kembali pistolnya.

    Tiba tiba arya tiba pada ujung terhuyung huyungnya, ia terjatuh, pingsan.yang selanjtunya vin papah arya dan menyeretnya ke atas sofa, “uh!..berat sekali ni orang” keluh arya yang sedang memapaharya sekuat tenaga ke sofa.

    Setelah merapikan keadaan, vin lekas menuju ke kamar yang bekas dipakai arya semalam buat tidur.

    Matanya mencari cari sesuatu d kamar tersebut, dan hijau toska jaket arya yang di tujunya, tangannya mencari cari bendadi kantong jaket arya itu, dan…kotak itu kini berada di tangannya.

     

    “boss, kotaknya sudah di tangan” kata vin pada seseorang di seberang telepon “bagus! Cepat laksanakan rencana itu” suara parau membalas suara arya.

     

    Setelah beberapa saat, arya pun akhirnya bangun, dan ia mendapati pistol dan baskom air berada di dekatnya, ia coba untuk bangun sekedar ingin duduk, tapi sulit rasanya.ia raba dahinya dan ia temukan handuk basah.

    Ketika arya melihat vin, “sudah bangun? Kau pingsan tadi, dan .. kauhampir saja membunuhku dengan pistolmu itu” jelas vin sebelum arya sempat bertanya.

    Arya akhirnya mengerti setelah apa yang di jelaskan vin tadi, ia pusing dan coba membunuh vin yang ia kira anak buah blackpearl.Dan arya pun tak lagi curiga pada vin, karena kalau vin anak buah dari blackpearl ia tak mungkin merawatnya begini, dan pistolnya pasti sudah jauh dari jangkaunnya.

     

    “vin, maafkan aku?” arya meminta maaf atsa apa yang terjadi, dansetelah beberapa saat ngobrol ke sana kemari, vinmembuka pertanyaan.

    “jadi kau belum bisa membuka kotak ini, dan tak adasama sekali petunjuk yang kau dapat?tak ada?”

    Tanya vin “ya begitulah.. tapi aku baru saja bermimpi aneh, waktu aku pingsantadi aku bermimpi sedang tertidur lalu. aku terbangun dalam ruangangelap dan mengerikan, ku liat sekitar hanya ada tembok kayu berukir relief2 tak jelas, lalu tiba2 aku mendapat kain, lalu aku ada yang menuntun untuk bias keluar dari ruangan itu denga petunjuk d kain itu”

    Vin pun menimak apa yang di katakana arya, lalu ia meraih sesuatu d punggungnya, ia sekarangmemgang sebuah kain, tepatnya sesobek kain.

    “apa seperti ini ya?” Tanya vin, “coba kulihat,.. “arya mengernyitkan dahi, mencoba mengingat lebih jelas kain yang ada dimimpinya denga kain yang ia terima dari vin.

    “ya! Benar sekali, kau dapat dari mana kain ini?”

    “ini dari nenekku dulu, dan aku tidak tahu gunanya, namun pas aku dengar cerita mimpimu tadi, aku yakin takdir kain ini sama dengan kotak itu” jawab vin lancar.

     

    Tanpa piker panjang arya segera melihat petunjuk di atas kain itu dan mengingat kembali petunjuk yang ada dimimpinya, ia tekuni kotak itu, ia raba ukirannya sambil sesekali melihat huruf2 d atas kain, lalu tiba2 jari arya menyenggol sesuatu yang ia belum pernahia senggol sebelumnya diatas permukaan kotak itu. Lalu ia tekan benda yang muncul daripermukaankotak itu, dan…

     

    Terbukalah kotak itu, arya dan vin terdiam, “akhirnya”katahati arya lega.

    Segera vin rebut kotak itu dari arya –dengan sedikit aneh- dan coba mengambil benda yang ada di dalamnya, sebuahcincin yang melayang, melayang bukan karena ajaib, tapi karena cincin itu tertali benang yang di tambatkan di permukaan kotak tersebut, jadi cincinitu kelihatan melayang. Vin tidak bias menarik cincin itu.

    Lalu arya mencoba mengambilnya dan tali2 yang membuat cincin itu seperti melayang akhirnya putus, arya berhasil mengambil cincin tersebut, tapi ada yang aneh.

    Permukaan kotak itu pada berjatuhan, dan kubus kotak itu tak lagi berbentuk 3D, kini benda itu datar, seperti kayu yang di jajar membentuk salib, dan di atas jejeran kayu yang membentuk salib itu, ada sebuah jalur sepertimennjuk pada suatu tempat, dan vin menebak “ini peta arya..”

    Arya berdoa dalam hati setelah tau itu peta dan merasakan hawa aneh di sekitarnya “ya Tuhan apa lagi ini?, lindungilah aku”

     

    jauh d rumah seorang photographer sebuah majalah, seseorang yang berumur baru saja selesai melihat sesuatu yang aneh yang di tangkap kameranya selain yang ia sengaja tangkap  -foto humhall café yang berjajar dengan le’ lujjah laundry-  , lalu ia beranjak ke sebuah ruangan menambil sesuatu.

    Kotak yang ia ambil kini sudah terbuka, sebuah kain sedikit usang berada di tangannya kini, dan kain itu seperti sobek dipinggirnya dan sobekan itu persis seperti sobekan yang ada pada kain yang ada pada vindan arya.

    “akhirnya, dating juga kau kotak morfx”


    18.12

    Rabu, 06 Agustus 2008

  • Potongan 4

  • by: Neti_^


    Jantung Arya berdegup lebih cepat. Iramanya tak lagi beraturan. Tak sabar ia ingin mengetahui perkembangannya saat ini. Apakah memang serumit yang Keisha ceritakan beberapa bulan lalu?

    Namun, harapan Arya untuk segera bertemu Vin harus menguap begitu saja ketika sosok yang berjalan mendekatinya ternyata membelok di tikungan sebelum cafe. Rupanya hanya orang lain dengan style menyerupai Vin. Arya mendengus, tak dapat menyembunyikan kecewanya. Walaupun demikian, pandangan lelaki itu tetap terpaku pada Green Wales Street, satu-satunya link yang menghubungkan Humhall Cafe dengan jalan induk. Cafe itu sendiri terletak di ujung gang, agak menepi dari keramaian metro. Bangunannya bergaya khas Eropa kuno dengan pilar dan atap yang tinggi. Tetapi, begitu melangkah ke dalam cafe, sentuhan Asia Timur terasa begitu kental di dalamnya. Perpaduan dua peradaban itu menghasilkan kemegahan yang sulit dideskripsikan, menjadikan Humhall Cafe sebagai tempat pilihan bagi para eksekutif kelas atas. Tak heran Arya melihat banyak orang penting di dalamnya.

    Tiga puluh menit dari waktu perjanjiannya dengan Vin telah terlewati. Keindahan Humhall Cafe tak lagi dapat menarik perhatian Arya. Terjebak dalam kebosanan, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari mantel hijau toska yang sedari tadi hanya disampirkannya di lengan kiri. Lagi, ditekuninya kotak misterius itu dengan seksama. Untuk kesekian kali, hawa dingin seolah menyergap Arya begitu saja ketika matanya membentur kotak itu; kotak yang hingga detik ini telah beberapa kali mengancam keselamatannya. Kotak yang telah menyeretnya ke dalam arus berbahaya dengan bermuara entah di mana.

    Namun seperti sugesti, Arya tak pernah jemu meneliti detail benda itu. Rasa ingin tahunya justru kian membuncah di antara kebekuan dan kengeriannya.

    “Indah...!” lirihnya, “Namun berbau ketamakan dan kematian....”

    Arya yakin betul sesuatu di dalam kotak itu adalah jawaban untuk semua tanya di hatinya. Ia yakin ada cara untuk membuka kotak itu. Hanya saja ia belum mengetahuinya. Atau kalau dugaannya tepat, komplotan Black Pearl Shadow pun belum mengetahuinya. Ya, Black Pearl Shadow, komplotan di mana Keisha telah mengabdi selama bertahun-tahun dengan setia.

    Keributan di mulut Green Wales Street telah mengalihkan perhatian Arya. Tidak, bukan keributan itu yang menariknya. Sesosok perempuan dengan mantel gelap keluar dari minimarket. Langkahnya bergegas menuju ke gang yang lebih sempit. Arya mengenali wajah itu!

    Hampir saja ia melangkah ketika sebuah suara alto menahannya, “Mau kemana?”

    Tanpa Arya sadari, orang yang telah satu jam dinantinya kini telah datang.

    Black Pearl Shadow telah lama mengintai kamar apartemenmu,” kata Vin. Sorot matanya tak beralih dari cangkir di tangannya.

    Arya terdiam, menunggu lanjutan perkataan Vin. Dan benar saja, tak berapa lama kemudian Vin kembali berbicara.

    “Puncaknya kemarin, saat aku melaju ke apartemenmu. Mereka membuntuti mobilku,” Vin menghela nafas sejenak, “Sejak awal aku tak suka berurusan dengan kotak berbahaya itu. Jadi kuputuskan untuk bersembunyi dari keramaian, menginap di rumah orang tuaku,” tutup Vin. Kini, ia sibuk dengan muffin kejunya.

    Arya menghela nafas, bersyukur sahabatnya ternyata tak tertangkap dan pikiran-pikiran buruknya bukanlah kenyataan.

    “Lalu kamar apartemenku? Lambang-lambang ganjil itu? Bom cluster? Dan... tulisan di dinding kamar itu? Apakah kau tahu sesuatu tentangnya?”

    Gadis itu mengangkat wajahnya, kini mata cokelat Vin bertemu pandang dengan mata Arya. Ada keganjilan meresap di hati Arya. Namun, perasaan itu langsung hilang tertelan kekalutan yang menyelimuti mereka.

    “Mungkin mereka yang melakukannya, setelah berhasil membuntutiku.”

    Keheningan kini merambati percakapan Vin dan Arya. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

    “Rumahmu dan High Wall Apartement tak lagi aman,” Vin memecah kebekuan di antara mereka.

    “Ya...aku sedang memikirkan akan tinggal di mana untuk sementara waktu.”

    “Aku tahu tempat yang tepat bagi kita,” Vin tersenyum, licik. Tapi senyum itu tak sempat tertangkap oleh mata Arya yang menerawang jauh. Dia menurut saja ketika Vin membimbingnya keluar cafe.

    Mereka kini telah berada di sebuah rumah di pinggir kota. Menurut penuturan Vin, itu rumah pemberian orang tuanya yang malas ia tinggali. Terlalu kecil, dalilnya. Rumah itu sederhana saja. Bergaya minimalis dan praktis dengan sebuah kolam kecil yang telah lama kering akibat tak diurus. Bunga-bunga liar tumbuh tak beraturan di sekitarnya, menyembul di antara semak dan rumput yang meninggi.

    Selama di perjalanan tadi, Arya menceritakan segalanya kepada Vin. Tentang Keisha dan ancaman ayahnya, tentang sandi-sandi dan simbol-simbol di apartemennya, tentang kotak misterius itu, hingga tentang kecurigaannya. Sesekali, Arya menangkap sesuatu yang berbeda pada diri Vin, begitu pikir Arya.

    “Kau tahu benda seperti apa yang kira-kira bisa membuat kotak itu terbuka?” tanya Vin pada suatu pagi. Ia tengah menyiapkan dua potong sandwich untuk sarapan.

    “Entahlah... sama sekali tak ada bayangan,” Arya menyahut. Tangannya menerima piring dan gelas yang diangsurkan Vin.

    Tanpa Vin sadari, Aya memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Ada yang ingin terucap dari mulutnya, tapi tertahan. Untuk mengalihkan perhatian, ditujukannya kedua matanya ke jalan raya. Sedari tadi ada sebuah mobil yang terparkir lama di seberang. Dan ada sesosok wajah di balik jendela mobil hitam metalik itu. Wajah perempuan yang sama dengan yang ia lihat di minimarket Green Wales Street. Ia hampir saja mengatakan kecurigaannya kepada Vin saat Vin berucap, “Ada apa?”

    “Sepertinya aku mengenali wajah seseorang di balik mobil itu,” Arya menunjuk dengan matanya.

    “Ah...eh...kau yakin? Mungkin saja kau salah mengenali orang!” tak disangka-sangka, Vin sedikit membentak. Nada cemas dan ketakutan terdengar jelas pada kata-katanya.

    Arya memandang Vin tajam. Mencari sesuatu yang ia belum tahu di balik wajah cemas itu. Yang dipandang menjadi salah tingkah. Dengan buru-buru, ia menjejalkan sepotong sandwich ke mulutnya, mencoba menutupi kekagetan yang begitu tiba-tiba.

    “Vin?” panggil Arya. Keheranan terlukis begitu nyata di wajahnya, “Sejak kapan kau kidal?!”


    21.49

    Selasa, 15 April 2008

  • the cerfet author : cumi..

  • Melangkah arya ke dalam, suasananya sedikit ada yang janggal seperti yang di pikirkannya waktu berada depan pintu,tetap ia melangkah sambil curiga.sepertinya ada yang masuk nih...mana vin ya?? Arya menebak situasi.

    Bau ruangan ber AC yang di gantungi pengharum itu rada sedikit aneh seperti bercampur bau lain yang janggal di hidung seperti bau parfum vin tapi ada bau yang .......”amis’.”Vin! kamu di mana!??, ni aku arya!” panggil arya, tapi yang dipanggil tak kunjung menjawab, sambil melangkah arya mencari rekannya itu, semakin melangkah bau itu semakin terasa dan ia melihat di sekitar tembok depannya.....bercak darah yang tak hanya satu dan ada bercak yang di sengaja dibentuk seperti lambang2,pentagram2 aneh, bintang david, huruf IT I IT, seperti huruf ibrani,aneh....juga kata2 tertulis di tembok itu

    Ketika ayam tak berkokok lagi...

    Kabut pagipun tlah bubar dari perkumpulannya...

    Sang penjemput pun akan datang......

    Dan bau amis pun akan menghapirimu....

    Lambang2 itu....apa ini?tulisan itu......

    ANEH??? Menghampiriku? Bau amis?....arya mencoba menepiskan arti terburuk quartrin itu.

    lalu arya melihat kaki, arya melihat kaki seseorang di pinggir ranjang, vin? “vin! Itu kamu?” tanya arya pada sesok tubuh itu sambil melangkah mendekat -dengan sedikt jijik melihat banyak bercak darah di lantai, tembok sekitar- untuk memastikan itu vin atau bukan dan terrnyata memang tubuh vin yang sedang tengkurap,kenapa ni vin?” pikiran arya tercekat ketika melihat bercak darah di lantai tepat di lantai di mana kepala vin tergelatak.Segera ia cepat menuju vin dan membalikkan tubuh vin,menggoncang tubuh vin mencoba menyadarkan. Bau aneh itupun bertambah menusuk hidungnya..... amis! dan juga......”bau gas!” Dan sesaat arya membalikkan dan menggoncang tubuh yang dikiranya vin...ada layar aneh di bagian dadanya

    Tit...tit...tit...tit...tit..

    Layar pada dada sesosok tubuh tadi berbunyi, seiring dengan bunyi itu terdapat angka yang berjalan mundur....10,09.08.....berubah dengan cepat.

    Arya tau itu bom, detak jantungnya berdetak kencang nafas yang mulai memburu menghirup bau gas yang bocor dari sebelah dapur yang dicampur bau amis darah, segera ia lempar sesosok tubuh yang sempat ia papah di kedua tangannya.Keadaan yang sangat membahayakan dirinya, arya pun tak berpikir lagi, larilah ia menuju balkon kamar apartemen kamar 131 yang ada di lantai 5 itu......

    Tit.tit.tiiiiiiiiiiiiiittttttttttttt...........

    BLARRRRR!!!!! BLARRRR!!!!!

    Meledaklah bom tadi sesaat arya meloncat dari balkon lantai 5 itu.

    ....

    Di sisi lain...........

    “Di mana?!!!, cepat katakan!!!” bentak seseorang kepada seseorang yang sedang duduk dengan tangan terikat ke belakang kursi, yang di bentak malah diam tak bersuara dan mematap garang ke arah yang membentaknya.”Duakh!”” katakan! Jangan samapai aku melukai wajahmu itu! Cepat katakan!!!” tendanganpun mendarat di perutnya, yang di tendang meringis kesakitan dan terjatuh ke belakang dengan tetap posisi terikat pada kursi, bentakan berulang kali diulang tetap saja diam.

    “Ayo!!! Cepat katakan!! Temanmu arya pasti sudah mati, huahahaha......ia pasti mengira itu kau padahal itu bom cluster yang berbentuk sesosok tubuh yang kalo di guncang akan segera meledak, huahaha.....” tawa interogator itu menambah garang vin yang sedang di interogasi yang tidak bisa melakukan perlawanan.

    Beberapa ribu detik sebelum pengintrogasian....

    “telanjangi dia!” perintah seseorang pada orang yang sedang mencekal vin yang baru saja di bawa ke tempat asing, rumah besar yang ia tidak pernah lihat sebelumnya.ia pun di ambil gambarnya oleh seorang photographer dadakan, anak buah komplotan yang menangkapnya.buat apa mereka nglakuin ini ma gue? Tanya vin pada dirinya sendiri, sang photographe dadakan itu pun beraksi mengambil gambar pemandangan tubuh di depannya itu, sedikit grogi menelan ludah karena melihat tubuh putih indah itu.”wajahnya! cepat ambil gambar wajahnya!!” perintah seseorang lagi.

    Setelah itu di bawanya vin keruangan sedikit remang,sedikit sempit dengan udara tak terlalu segar, pengap ruang bawah tanah.

    ...

    “byurrrrr!!!!!!” terdengar bunyi tubuh arya jatuh di kolam renang milik high wall apartemen, “fuahhhh….!!!thanx God”.ucapnya.

    Lalu arya berenang ke tepi kolam renang.

    Sepi………

    Kolam renang tersebut tak seperti biasanya.dan arya pun naik keatas kolam renang.

    Tiba – tiba

    “This ain’t a sence.......!!!!!!!!!!!!” terdengar bunyi lagu fall out boy di baliho di ujung kolam renang terdengar suara dering telephone.

    Arya berjalan kearah ujung kolam renang, di bangku terdapat sebuah telephone genggam.

    Arya menekan tombol OK

    terdengar suara berat “Arya..!!!”

    “Ini sipa..?!!”teriak arya

    “ha..ha…ha… kau pura – pura bodoh apa memang kau bodoh…!!”umpat orang tersebut

    “serius..!!!aku tak tahu, ini siapa..??!!’

    “aku adalah ayah dari gadis yang kau bunuh..!!!!”

    DEG…….

    Jantung arya serasa mau copot dari tempatnya, setelah tahu siapa yang menghubunginya.tapi arya tak gentar.

    “apa maumu..??!!”ucap arya tegas

    “aku menginginkan kotak yang kau temukan itu, dan nyawamu..!!!”

    DEG……

    Jantung arya kembali berdegup kencang, tetapi tetap arya tak gentar dan membalas omongan bos mafia tersebut.

    “ha..ha..ha….!!!”arya tertawa

    “apanya yang lucu..??!!!” umpat bos mafia tersebut.

    “ha…ha..ha….,menginginkan nyawaku..?!!, jangan bermimpi.!!!,you know, that you’re so small for me..!!!!”

    Tampaknya bos mafia terpancing emosinya

    “SHUT UP..!!YOU SON OF THE B****H..!!!”

    “Braaak..!”terdengar suara telephone dibanting.

    “sialan..!!!, tampaknya nightmare ku akan selesai lama…”ucap arya

    Dan arya pun berjalan keluar dari apartment tersebut.

    Tiba – tiba.

    Telephone berbunyi kembali.

    “siapa lagi yang kali ini menghubungiku..???”

    Dan arya pun mengangkat telephone.

    “Halo…???” arya memulai duluan..”arya?gmn kabar lo?baek kan?” tanya suara seberang telepon, dan sura itu tak asing lagi....vin.

    “vin?! dimana kamu vin?kamu baek2 aja kan?”tanya arya “yang jelas gw baek2 ajatapi klo crita gak bisa gue critain sekarang, mendingan kita ketmuan di humhall cafe, nanti gw critain di sana,ok”vin menawari arya yang jelas arya terima denga gembira karena vin temen deketnnya baek2 saja.

    ...

    Di ruang bawah tanah

    Pengap masih terasa di ruang bawah tanah itu, tangan terborgol dengan posisi duduk sejak kemarin membuat badannya kaku,pegal.

    “bagaimana?! Masih kukuh dengan pendirianmu?” tanya suara berat berwibawa di depannya yang berpakaian stelan jas hitam lengkap.vin pun menjawab dengan gerakan kasar berdiri dari duduknya, tapi sia2.....

    “ya sudah..john! singkirkan dia secepatnya!” perintah suara berat itu.

    Di humhall cafe......

    Arya menunggu di meja pojok dengan posisi duduk mengahadap pintu cafe agar bisa melihat orang yang berlalu lalang masuk ke cafe itu, dengan stelan jeans dan pakaian flanel hitam bercorak sedikit tribal di bagian lengan arya tamapak sedikit segar. Menunggu?menunggu “vin” yang berjanji akan bertemu di sini dan akan meceritakan semuanaya.

    suara matt shadow diiringi gitar oleh synister gate dari speaker cafe itu mengisi ruangan cafe....mengisi waktu penantian terhadap orang yang salah yang tak arya tak tahu siapa, yang entah akan membawa ke mana lagi arya akan pergi.

    ......

    Newborn life replacing life, replacing all of us, changing this fable we live in
    No longer needed here so where should we go?
    Will you take a journey tonight, follow me past the walls of death?
    But girl, what if there is no eternal life?

    I see my vision burn, I feel my memories fade with time
    But I'm too young to worry (a melody, a memory, or just one picture)

    Seize the day or die regretting the time you lost
    It's empty and cold without you here, too many people to ache over

    Dan datanglah yang dinanti................

    -bersambung-


    04.55

    Selasa, 04 Maret 2008

  • ___muup___

  • BY: TIA


    muup kalo lama yach pren.... kebanyakan acara akhir-akhir ni. dan maaf kalo ceritanya gak bagus....maaf banget... >_<

    20.22


  • CERFET

  • potongan 2


    by: TIA



    “Kenapa harus seperti ini ya, Sha?” gumam Arya pelan, “andai semua berbeda.....”

    Ia terdiam.... kemudian senyum tipis tersungging di bibirnya,”Tapi terima kasih, kau telah mengubah hidupku.”

    Arya kembali menatap kotak misterius itu. Meraba tiap detail pahatan di kotak itu. Bagian atas kotak itu berukirkan gambar perpaduan bulan dan matahari. Di tepi kotak, terdapat tulisan-tulisan aneh, seperti hierogliph, tapi bukan hierogliph. Arya membalik kotak itu. Di dasar kotak, terukir gambar yang nuansanya sangat kontras dengan bagian atas kotak itu, sebuah gambar seperti muka Joker, si tokoh badut yang biasanya tergambar dalam kartu-kartu remi.

    Arya tersenyum-senyum sendiri, “Sepertinya misteri ini semakin mendekati akhirnya. Semuanya semakin jelas sekarang. Aku harus mengatakan ini pada Vin.”

    Kotak itu ia masukkan kantung mantelnya. Ia melirik mayat Keisha yang tergeletak di tepi ruangan itu. Akan ada orang yang membereskan mayatnya, pikir Arya.

    “Maaf, Sha. Aku harus pergi. Jangan dendam karena aku sudah membunuhmu, ya. Tenanglah kau di akhirat sana, akan kuungkap misteri ini, dan identitas boss-mu itu. Bye...”

    Ia keluar dari ruang tamu, menutup pintu depan perlahan, dan melihat ke sekeliling untuk memastikan keadaan aman. Dengan segera, ia melangkah meninggalkan rumah itu.

    Arya mencegat taksi yang melaju ke arahnya. Taksi berhenti dan supir mempersilakannya masuk. Arya masuk ke dalam, “High Wall Apartemen, Pak”. Supir itu mengangguk dan segera saja taksi itu melaju, melintasi jalanan malam yang berbau busuk.

    Arya terdiam sambil terus memegangi perutnya yang masih terasa perih, bola matanya menekuni gedung-gedung yang terus berlalu seiring laju taksi itu. Pikirannya melayang, berbagai peristiwa beberapa bulan ini berkelebat di otaknya. Ia teringat suatu malam di bulan Desember.

    ----------------------------

    Arya saat itu adalah seorang Arya yang baru saja merampungkan studinya di sebuah perguruan tinggi di negeri ini. Ia pengangguran, masih kesana-kemari mencari pekerjaan. Malam itu, ia berjalan-jalan keluar apartemennya. Menikmati suasana malam sambil mencari ilham dan merenungi nasib, dalihnya.

    “Kenapa malam ini sepi? Sesepi hidupku. Ah, andai saja ada hal yang bisa mengubah hidupku yang membosankan ini menjadi begitu menantang.”

    Ya, doanya terkabul malam itu. Arya berjalan melintasi taman kota ketika tiba-tiba seorang wanita menabraknya. Mereka jatuh dan barang-barang yang dibawa wanita muda itu berserakan.

    “Duh, hati-hati dong kalau jalan. Lihat kanan-kiri, lihat depan....”

    Kata-kata Arya terhenti saat ia menatap wanita itu. Cantik (indo sepertinya), rambut hitamnya tergerai, tampak berkilauan disinari cahaya bulan malam itu, dan dari matanya, terpancar suatu tatapan penuh misteri. Hati Arya bergetar karenanya.

    Wanita itu meminta maaf pada Arya, “Maaf, maaf.....Aku sedang terburu-buru. Tak melihatmu berjalan.” Dengan tergesa-gesa, wanita itu memberesi semua barangnya yang berserakan. Arya yang masih terpesona dengan kecantikannya, tersadar, lalu membantunya memberesi barang-barangnya.

    “Itu dia!!” dari kejauhan sebuah suara terdengar.

    Wanita itu terkejut dan panik, “Tolong, tolong!! Sembunyikan aku!! Kumohon! Akan kubayar berapapun yang kau mau!” wanita itu memohon pada Arya dengan muka memelas.

    Mendengar kata bayaran dan juga melihat air muka wanita itu, Arya tak sanggup menolak dan dengan sigap ia mengiyakan, “Oke, aku akan membantumu. Tapi tolong berjanjilah padaku untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi!”

    Wanita itu mengangguk tergesa, “Baik, baik. Akan kuceritakan semuanya. Tapi sekarang, ayo...!! Cepat, sembunyikan aku!”

    “Ikuti aku!” kata Arya. Mereka berdua berlari keluar dari taman, terus berlari sepanjang jalan. Di belakang mereka, tiga orang lelaki berjas hitam mengejar, meneriakkan berbagai sumpah serapah kepada wanita itu. Beberapa kali gerombolan pengejar itu menembakkan peluru. Untungnya, tembakan itu meleset. Desingan peluru itu membuat Arya dan wanita itu mempercepat langkah mereka.

    Di sebuah gang, yang penduduk setempat menyebutnya gang senggol, Arya menarik lengan wanita itu, “Sembunyi di sini dulu! Dan diam!” mereka berdua merapat di tembok, sambil mengatur napas mereka yang terengah-engah. Para pengejar berlalu, tak menyadari bahwa buronan mereka bersembunyi di gang senggol itu.

    Arya melongok keluar gang. Aman, pikirnya, “Sepertinya aman.... Nah, tugasku selesai. Mana bayarannya??”

    “Hah?? Yang benar saja?! Kau benar-benar minta bayaran???!” wanita itu terkejut mendengar kalimat Arya.

    “Ya jelas dong, mana ada hal yang gratis di dunia ini. Lagipula tadi kau sudah berjanji akan membayarku!” sahut Arya tak kalah sewot.

    Wanita itu tampak berpikir keras, alisnya bertaut,”Mmm...., baiklah, aku akan membayarmu, tapi tolong aku sekali lagi, bisakah kau benar-benar mencarikan tempat persembunyian untukku? Aku khawatir orang-orang itu masih akan mencariku lagi.”

    Arya diam. Seperti yang biasa ia lakukan saat ia berpikir, mengelus-elus janggutnya yang tak berjenggot. Setelah hening beberapa saat, Arya menjawab, “Baiklah, aku akan membantumu. Kurasa aku tahu di mana tempat yang aman untuk bersembunyi dan kupikir kau akan nyaman di sana. Tapi...., untuk yang satu ini, kau harus mau keluar uang agak banyak. Setuju?”

    “Baiklah...., apapun akan kulakukan asal nyawaku selamat!”

    Arya mengerutkan keningnya, “Aku semakin butuh penjelasan darimu.... Ah, sudahlah, sekarang, ayo kita pergi!”

    Arya berjalan keluar gang, menyusuri jalan malam yang sunyi dan seolah mengawasi langkah-langkah mereka. Si wanita muda berjalan di belakangnya, terseok-seok, tak dapat mengikuti langkah Arya yang begitu panjang. Mereka terus berjalan, melintasi blok demi blok di kota itu.

    “Oh ya, aku lupa. Kita belum saling kenal. Namaku Arya. Siapa namamu?”

    “Panggil saja aku Keisha,” jawab wanita bernama Keisha itu singkat.

    Nama yang indah, kata Arya dalam hati, seindah orangnya.... Ah, apa-apaan aku ini. Arya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mempercepat langkahnya. Membuat Keisha berlari-lari kecil untuk mengimbangi langkah Arya.

    “Sebenarnya kita ini mau kemana? Apa masih jauh??” tanya Keisha sambil terengah-engah, ia lelah.

    “Itu,” kata Arya sambil menunjuk deretan rumah-rumah di sepanjang jalan yang baru saja mereka masuki. Arya memperlambat langkahnya. Ia memandu Keisha menuju salah satu rumah di antara rumah-rumah di deretan itu. Sebenarnya, rumah itu biasa saja untuk ukuran manusia normal. Akan tetapi rumah itu tergolong mewah di antara rumah-rumah di situ.

    Arya menaiki beranda depan, mengambil kunci di bawah keset, dan membuka pintu. Ia masuk ke dalam, menyalakan lampu dan berbalik ke arah Keisha, “Bagaimana? Puas?”

    Keisha mengamati ruangan yang baru saja dimasukinya itu. Ruangan itu tampaknya baru saja direnovasi, jejak cat dan debu masih berserakan di sana-sini, perabotannya berserakan. Keisha menanggapi, “Lumayan. Rumah siapa ini?”

    “Emm...., sebenarnya ini rumah orangtuaku. Mereka sudah meninggal. Dan aku sedang mencari orang yang mau mengontrak rumah ini. Jadi kalau kau mau, silakan tinggal di sini, tapi jangan lupa kalau kau mengontrak rumah ini. Hehehe....,” Arya tertawa iseng.

    Keisha tersenyum simpul, “Oh, jadi itu maksudmu dengan membayar lebih mahal?! Oke, tak masalah bagiku.”

    Setelah beberapa saat melihat-lihat keadaan rumah itu, mereka berdua duduk di dapur. Awalnya hening. Masing-masing sibuk dengan pikirannya, Keisha dengan rencana-rencananya untuk tempat persembunyiannya itu, dan Arya dengan kekagumannya terhadap Keisha. Ia berusaha menutupi perasaannya itu.

    “Jadi, mana ceritamu?” tagih Arya pada Keisha.

    Keisha menatap Arya cukup lama, yang membuat jantung Arya berdegup kencang. Keisha membetulkan posisi duduknya, “Benar kau mau dengar ceritaku?”

    Arya mengangguk.

    “Tapi.... kau harus mau terima resikonya. Setelah kau tahu semua ini, mau tak mau kau akan terlibat. Kau masih ingin mendengar ceritaku?”

    “Huh, mana ada laki-laki yang menarik kata-katanya! Aku akan tetap mendengar ceritamu!”

    “Baiklah. Akan kuceritakan semuanya....”

    -------------------------------------------------

    Arya tersadar dari lamunannya ketika supir taksi memberitahu bahwa ia telah sampai di tempat yang dimintanya. Ia segera turun setelah membayar ongkos taksi itu. Ia berdiri di depan High Wall Apartemen. Salah satu dari sekian banyak apartemen di kota metropolitan itu. Tidak tergolong mewah, tapi tempat itu murah dan agak jauh dari keramaian. Oleh karena itulah Arya lebih memilih untuk tinggal di situ daripada tinggal di rumah orangtuanya.

    Ia melangkah masuk halaman apartemen, mendekati pintu apartemen sambil merapatkan mantelnya. Ia tak ingin satpam kompleks tahu ia terluka, bisa runyam masalahnya. Ia bergegas menaiki anakan tangga, sambil sesekali meringis menahan sakit di perutnya. Akhirnya sampai juga ia di lantai tiga. Ia mendekati pintu kamar apartemennya, 131. ketika Arya akan membuka kunci, ia menyadari sebuah kejanggalan. Pintu itu tidak tertutup. Padahal, saat ia pergi pagi buta tadi, ia yakin telah mengunci pintu itu. Ia menjadi curiga. Jangan-jangan orang-orang dari Perkumpulan itu telah mengetahui keberadaannya. Jantungnya berdegup tak keruan. Pikirannya semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba ia teringat pada Vin yang berjanji untuk datang siang tadi. Bagaimana dengan Vin? Apakah ia tertangkap oleh mereka?? Atau jangan-jangan ia sudah dibunuh?? Arya membuka pintu kamar apartemen perlahan. Bersiap menghadapi segala kemungkinan terburuk.

    “Krieeet......”

    __Bersambung__


    19.43

    Kamis, 31 Januari 2008

  • Potongan 1

  • CerFet


    Potongan 1




    By : Moekhlszt


    Malam ini terasa dingin dan mencekam, tak seperti malam-malam sebelumnya, jalan-jalan juga terasa sunyi bagai kota mati.Sunyi sepi, redup.Lampu-lampu jalanan sepertinya mulai enggan tuk menyinari kota ini.mungkin mulai lelah.Walaupun rembulan masih bersinar tetap saja kota terasa mati.

    Di ujung jalan terlihat seseorang yang kelihatannya sedang tertatih tatih berlari melewati pinggir jalan kota yang gelap hampir se level kuburan desa sebelah.Orang tersebut berlari dengan memegangi sisi kiri bagian perutnya, sambil meringis sepertinya menahan nyeri, mungkin lapar yang di rasa,atau?

    Setelah berlari dan melewati kelokan di ujung depan jalan sana, ia menuju gang sempit di sisi kirinya,masih berlari, melewati beberapa rumah dan setelah melewati 4 rumah ia mengetuk pintu yang bertuliskan WELCOME,dengan style gaya tulisan bersambung,dan artistic jelas tambah terlihat di pintu itu karena di hiasi juga pengetuk kepala singa,mungki hanya pintu rumah ini saja yang kliatan mewah yang lain hanya seperti layaknya rumah di pinggiran kota.Sederhana. ia ketuk rumah itu,mungkin itu tujuannya,

    “tok,tok,tok,tok…!!” suara ketukan meluas sampai keluar salah satu gang kota itu, tergesa gesa seperti di kejar hantu saja, ia mengetuk berulang kali hingga akhirnya,

    Sesosok wanita membuka pintu itu, wanita itu tinggi semampai.Belum sadar apa yang wanita lihat,lalu ia kaget setelah sadar apa yang ia temukan di depan pintu.

    “Kenapa lo, Ya?!” tanyanya sambil menunutun orang yang dari tadi terus berlari sambil memegangi perut sisi kiri.

    “Lama banget sih lo, Sha! Bisa-bisa gw mati kehabisan darah nih!” bentak lelaki itu sambil menggerutu tak jelas kepada perempuan tadi serta menahan laju darah dari perut sisi kirinya . Ternyata perut sisi kiri si lelaki yang sedari tadi meringis, terserempet timah panas.

    Keisha mengambil kotak obat mengurus luka Arya. Ya, Arya dan Keisha adalah sepasang kekasih yang baru jadian 1 tahun yang lalu, dan sepertinya Arya mencium gelagat aneh pada Keisha pada bulan2 terakhir ini.

    “Arya! Kenapa lo bisa ampe gini?, siapa? Siapa yang nglakuin ini?” Tanya Keisha pada Arya sambil membersihkan darah di sekitar luka Arya.

    “Ini semua gara-gara lo!” bentaknya kembali sambil menahan sakit di sisi kiri perutnya itu, ”kalo lo gak nyuruh gw mecahin makna tuh gambar di kotak aneh. .aw….!kotak itu! pelan donk! gak bakalan gw hampir di bunuh di deket gang sempit deket kuburan itu!” tambahnya dengan menahan perih karena Keisha membersihkan luka itu dengan sejenis cairan seperti alkohol, mungkin juga hatinya ikut perih, mungkin seperti di khianati, sakit.

    Dan Arya kembali diam, seperti kebiasaannya. Pendiam.

    Suasanapun kembali sunyi.

    “m..maafin aku Arya, aku nggak tau kalo bakal begini jadinya” dengan penuh penyesalan Keisha berkata seperti itu.”Ya udah! Bikinin gw kopi, cepet!” Aryameminta Keisha membuatkan kopi untuknya, mungkin pikirnya kafein dalam kopi bisa ngringanin sakit d sisi kiri perutnya tadi, yang kini telah terbalut perban putih yang merah menyerap darah dari luka itu.

    Di dapur, niat jahat diri Keisha bangkit,

    “Kalo kopi ni gw kasih obat tidur dan setelahnya di minum, khukhu2…pasti langsung ambruk dan gw bisa langsung bawa ke boss untuk di singkirin selama lamanya.Capek banget bermain sandiwara selama 1 tahun, ini tiba saatnya, bye… Arya,khu2….”

    Di ruang tamu……

    “nih minumnya sayang, minum biar rada enakan awakmu itu” dengan logat jawanya,memang Keisha itu blasteran,dengan tampang Keisha yang jawa jerman itu mudah saja baginya untuk menggaet cowok2 yang ada di bumi, termasuk Arya sekarang.

    “makasih,..” ucap Arya dengan sedikit senyum yang kecut.Dan setelah menyeruput beberapa kali kopi itu tiba tiba Arya pun ambruk ke lantai.

    “khukhukhu….mampus lo Ya!, setelah ini gw bawa lo ke tempat boss dan siap2 buat d singkirin tuk selama lamanya, khukhukhu…”

    Dan wanita itu memajukan wajahnya yang bisa di bilang manis itu ke wajah sesosok badan yang terkapar di lantai, wanita itu mengulum bibir Arya, mungkin ucapan selamat tinggal yang terakhir buat Arya makna ciuman itu, lama…..dan tiba2!

    Kedua mata Arya terbuka sambil mengeluarkan beceng dari punggungnya, serta merta Wanita itu kaget, dan mundur dengan reflek secepat kilat. Namun kecepatan reflek Keisha tak secepat laju peluru pistol Arya, dada sisi kanan Wanita itu tertembus peluru, tertembus? Ya! Jelas saja, dengan jarak yang tak lebih dari 2 meter dengan kecepatan peluru yang tinggi, bisa saja 2 orang teretembus peluru itu.Darah memuncrat ke tembok belakang punggung Keisha, ia pun terjatuh, tak berdaya.

    “bye juga, Bitch!” menggenggam pistol, Arya berdiri,sempoyongan, mungkin pusing akibat darah yang keluar terlalu banyak.
    “mampus lo cewek sialan..!lo kira gw bodoh apa!? Gw dah tau loe tuch mata mata, thanks atas semuanya, klo lo gak kasih tau bagaimana jadinya!” Arya bergetar sejadi jadinya, baru kali ini ia menembakkan peluru ke seorang wanita.Dan sebenernya Arya mencintainya.

    Arya duduk kembali dan termenunga lama,melamun, dalam lamunannya itu masih terbayang senyum manis Keisha.Tapi bayangannya itu sirna karena pengkhianatan,rekaman pembicaraan Keisha yang ia dengar beberapa hari lalu dengan lelaki misterius yang Keisha sebut boss pada percakapan itu terngiang di telinganya, perasaan bercampur aduk, sedih, benci, marah, rindu, dan dibiarkannya perasaan itu berlalu saja.Memanglah pengkhianatan itu menyakitkan.

    Arya memandang ke sudut sudut rumah itu,matanya menyapu ke setiap sudut ruangan yang bisa dikatakan cukup mewah,lalu terpaku memandang sebuah bingkai foto di atas meja.

    di sebelah bingkai itu tergeletak kotak, mungkin ini kotak misterius yang ada di foto waktu itu, gumam Arya.Lalu diambilnya kotak itu, Di timang timangnya kotak itu.memang benar itu memang kotak yang terukir gambar aneh di permukaannya.Lalu ia beralih ke bingkai foto, kembali termenung, mungkin teringat kembali pada Keisha yang tergeletak di lantai."Aih..Keisha2 kenapa engkau begitu mau di peralat oleh orang orang yang nggak jelas tujuannya"batin Arya."Apa mungkin Kotak ini menunjukkan sesuatu?"dan kemungkinan2 lain beseliweran di kepala Arya.

    "Keisha, sebenernya aku mencintaimu..." berbisik lirih Arya kepada bingkai foto d tangannya.


    -bersambung-

    ___________________________________________________________________

    *eh maaf ya,, gak enak ceritanya,, tapi...ayo berusaha!!

    klo template juga gak enak ngomong ya kawan2!?*

    Label:


    06.50